Ringkasan Khotbah

Bagian ini menceritakan kerinduan Paulus mengunjungi jemaat di Roma. Kekayaan pengajaran Paulus kepada jemaat di Roma ini sangat mendalam. Kita bisa mengetahui betapa rindu Paulus ingin mengunjungi jemaat di Roma. Dalam teks ini akan kita pelajari tugas panggilan gereja di tengah-tengah dunia.

Yang pertama, tugas panggilan gereja adalah bersekutu atau koinonia. Dalam ayat 23-24 di sini Paulus menyatakan kerinduannya mengunjungi jemaat di Roma dan bersekutu dengan jemaat di sana. Paulus menulis surat Roma ini saat dia berada di Korintus. Dalam perjalanan dari Korintus ke Roma, dia harus ke Yerusalem untuk memberi bantuan dan untuk itu dia harus menempuh total perjalanan sekitar 3000 mil (4800 km). Kerinduan untuk bersekutu ini sangat luar biasa karena Paulus rela berkorban menempuh perjalanan yang sangat jauh. Semoga ini juga menjadi kerinduan kita untuk bersekutu dengan jemaat Tuhan, tanpa memperhitungkan berapa jam dan berapa jumlah uang yang harus kita korbankan. Inilah panggilan gereja di dunia untuk bersekutu dan memuliakan nama Tuhan. Selain itu, di ayat 29 ditulis “penuh dengan berkat Kristus”. Paulus melakukan semua ini, mengorbankan uang dan waktu dengan berkat Kristus. Dalam persekutuan ada berkat Tuhan.

Yang kedua, bersaksi atau martyria. Dalam ayat 24, Paulus membagikan suatu visi kepada jemaat di Roma untuk terlibat juga dalam pekabaran Injil, bersaksi dan menyaksikan kuasa kebangkitan Kristus kepada lebih banyak orang lagi khususnya di daerah Spanyol.

Yang ketiga, melayani atau diakonia. Dalam ayat 25-26, Paulus berperan sebagai perpanjangan tangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya, yang miskin (2 Korintus 8:1-2), untuk jemaat di Yerusalem. Dalam ayat 25, frasa “mengantarkan bantuan” ini dalam bahasa Yunani adalah “diakoneo”. Dalam ayat 26, frasa “menyumbangkan sesuatu” ini dalam bahasa Yunani adalah “koinonia”, bukan diakonia (dalam KJV: contribution). Kontribusi jemaat Makedonia dan Akhaya adalah persekutuan (koinonia), dan Paulus yang membawa kontribusi itu adalah diakonia. Jadi, Ada kesatuan antara koinonia dan diakonia.

Mengenai diakonia ini, salah satu rekan Calvin, Martin Bucer, berkomentar bahwa: “tanpa diakonia, tidak ada persekutuan orang-orang kudus yang sesungguhnya.”

Tetapi, ada masalah dalam diakonia yaitu:

  1. Orang melakukan diakonia hanya bersifat humanis atau membantu orang lain, tetapi tidak teologis, tanpa dasar untuk pemberitaan pekerjaan Tuhan di dalamnya.
  2. Orang melakukan diakonia untuk menyatakan diri, supaya dilihat orang. Mari kita mencontoh jemaat Makedonia dan Akhaya yang memberi bukan dari kelebihan, tetapi dalam kekurangan mereka.

Calvin membentuk agen-agen diakonia yang pengaruhnya mendasari lembaga-lembaga pemberi bantuan di Jenewa dan di dunia. Calvin mengatakan: “Apakah kita ingin menunjukkan bahwa ada reformasi di tengah-tengah kita? Kita harus mulai pada titik ini, yaitu ada pendeta-pendeta yang secara murni mengemban doktrin keselamatan dan kemudian diaken-diaken yang memiliki kepedulian terhadap orang-orang miskin dan yang membutuhkan bantuan.”

Dampak diakonia bagi murid-murid Kristus adalah:

  1. Tuhan dimuliakan dan orang lain mendapat berkat.
  2. Adanya kebahagiaan. Dalam Kisah Para Rasul 20:35 ditulis orang yang memberi lebih berbahagia karena mereka menjadi alat Tuhan dalam rencana Tuhan.