Pengkhotbah

Perikop
Ibrani 11:17-22

Ringkasan Khotbah

Ujian berbeda dari pencobaan. Pencobaan berasal dari iblis maupun natur kedagingan kita untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa. Ujian berasal dari Allah untuk membangun iman kita, seperti yang dialami Abraham. Abraham disebut bapak orang beriman dan sahabat Allah. Mengapa Abraham lulus dalam ujian iman yang begitu berat? Pada waktu Allah meminta Abraham mempersembahkan Ishak, Abraham taat. Ketaatan Abraham itulah yang Allah perhitungkan sebagai bentuk perwujudan iman sejati. Pada waktu Allah menyampaikan janji untuk memberikan keturunan kepada Abraham dan Sara, Abraham berusia 100 tahun dan Sara 90 tahun. Setelah Ishak lahir dan bertumbuh menjadi remaja, Allah berfirman kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak menjadi korban. Sebenarnya mempersembahkan manusia sebagai korban adalah kepercayaan penyembahan berhala, seperti dilakukan oleh orang-orang Moab maupun orang-orang di kampung halaman Abraham. Para penyembah berhala ini bahkan mempersembahkan anak-anak mereka sendiri kepada dewa-dewa. Dengan demikian, Abraham sangat sulit mengerti dan akalnya tentu tidak bisa menerima dengan mudah perintah Allah itu. Abraham pasti sangat banyak berpikir ketika ujian dari Allah tersebut datang. Semua orang Kristen pun pasti berpikir dan bertanya-tanya ketika hal tidak baik terjadi dalam hidupnya: “Mengapa Allah memberikan ujian ini? Apakah karena dosa? Apakah Allah tidak sayang lagi padaku?” dan masih banyak pertanyaan lain. Puji Tuhan bahwa Abraham memberikan teladan kepada kita ketika Abraham berpikir bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang-orang mati sehingga Abraham taat mempersembahkan Ishak (ayat 19). Abraham juga pernah menghadapi ujian lain ketika kelaparan besar terjadi di tanah yang mereka tuju atas pimpinan Tuhan. Abraham dan Sara terpaksa pindah ke Mesir. Abraham mempunyai karakter yang suka mengalah. Ketika ternak Abraham dan harta Lot (Lot adalah keponakan Abraham), bertambah banyak, Abraham mempersilahkan Lot untuk memutuskan tanah mana yang akan dipilih sebagai tempat tinggal. Lot memilih tanah yang subur di kawasan Sodom dan Gomora dan Abraham memilih tanah yang berlawanan, tidak sesubur tanah pilihan Lot. Abraham tidak memusingkan mengenai kesuburan tanah tinggal untuk ternaknya karena tetap beriman kepada Tuhan. Bagaimanapun, Abraham juga adalah seorang manusia biasa yang mempunyai kelemahan. Abraham sudah mendengar janji Allah untuk memberikan keturunan melalui Sara, tapi Abraham menerima saja ketika Sara memberikan Hagar, pembantunya, untuk bersetubuh dengan Abraham demi mendapatkan keturunan. Seolah-olah Abraham dan Sara bekerjasama untuk menggenapkan janji Allah. Puji Tuhan dalam kelemahan Abraham dan Sara pun, Allah tetap memelihara janji-Nya untuk memberikan keturunan dari Sara, yaitu Ishak. Dalam perjalanan kehidupannya, Abraham semakin mengenal Tuhan Allah setelah melalui pengalaman-pengalaman pribadinya bersama Tuhan (Kejadian 21:33). Abraham mempunyai keyakinan dan percaya terus kepada Allah setelah melalui berbagai pengalaman pribadi, manis dan pahit, bersama Tuhan. Karena itulah pada puncak ujian imannya, Abraham rela memberikan Ishak untuk dipersembahkan kepada Allah. Abraham seolah-olah berkata: “Engkau yang telah memberikan Ishak kepadaKu atas janjiMu sendiri, maka aku percaya bahwa Engkau pasti bisa membangkitkan Ishak sekalipun aku mempersembahkan Ishak kepadaMu”. Melalui ujianlah iman anak-anak Tuhan bertumbuh. Ishak adalah anak Abraham. Dan Ishak termasuk salah seorang tokoh iman (ayat 20). Walaupun Ishak dan istrinya Ribka mengerjakan kasih yang timpang kepada anak-anak mereka (Ishak lebih sayang pada Esau, Ribka lebih sayang pada Yakub), Allah tetap bekerja memimpin mereka. Awalnya Ishak hanya ingin memberkati Esau, tapi karena memandang jauh ke depan, Ishak memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau. Ishak menyadari bahwa apabila Allah memang memimpin demikian, biarlah terjadi. Abraham mewariskan imannya kepada Ishak dan Ishak mewariskan imannya kepada Yakub. Iman itulah yang diwariskan terus-menerus kepada suku bangsa Israel. Ketika kita jatuh dalam kegagalan, marilah kita tetap ikut Allah karena Allah menghargai ketekunan anak-anak-Nya walaupun di tengah-tengah kegagalan.