Ringkasan Khotbah

Dalam hidup mengiring Tuhan, perlu kesetiaan. Pasal yang akan kita renungkan hari ini begitu kaya dengan teladan kesetiaan hidup anak-anak Tuhan. Paulus dan Barnabas menunjukkan prinsip hidup melayani Tuhan di tengah-tengah kesulitan. Paulus menekankan mengenai betapa pentingnya pengakuan yang jujur akan keberdosaan manusia yang sangat mengerikan, manusia yang memberontak Allah. Manusia tidak bisa menyelesaikan masalah dosa. Satu-satunya yang bisa menyelesaikan masalah dosa adalah Allah sendiri. Itulah pentingnya berita Injil. Hanya Allah yang bisa mengubah hati manusia. Hanya Allah yang bisa mengubah hati yang memberontak kepada Allah menjadi hati yang mengasihi Allah. Seorang misionaris ke India bernama Donald McGavran berkata: “Penginjilan bukanlah memberitakan kerinduan akan sebuah dunia tanpa minuman keras atau membagi kekayaan dan membujuk orang untuk mengambil tindakan politik untuk mencapainya. Penginjilan adalah deklarasi Injil kepada setiap orang secara pribadi. Masyarakat ditantang dan diubahkan ketika melalui Injil, Tuhan membawa orang-orang secara pribadi berkumpul bersama di gereja, untuk memperlihatkan karakterNya dalam interaksi orang-orang yang telah diselamatkan”. Di dalam gereja, anak-anak Tuhan memancarkan karakter Kristus. Jadi di dalam gereja seharusnya tidak ada kebencian dan permusuhan karena setiap orang hidup di dalam kasih. Setiap orang sungguh-sungguh berjuang menyenangkan hati Allah Bapa karena meneladani Kristus.

Ada persoalan mendasar manusia berdosa, yaitu menumpuk harta lalu berkata kepada jiwanya: “Ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!” (lihat Lukas 12:19). Yesus menghardik manusia seperti ini: ” Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? (lihat Lukas 12:20). Karena begitu banyaknya jiwa-jiwa yang tidak menyadari kebinasaan mereka di dalam dosa, pemberitaan Injil sangatlah penting. Memberitakan Injil menjadi tanggung jawab setiap orang percaya. Seperti Paulus dan Barnabas, yang setia dan tidak pernah menyerah dalam memberitakan Injil. Dalam kesulitan sekali pun, Injil tersiar di seluruh daerah itu (lihat Kisah Para Rasul 13:49).

Apa saja kesulitan yang dihadapi Paulus dan Barnabas? Mereka dianiaya dan diusir dari Pisidia (Kisah Para Rasul 13:50), pemberitaan Injil mereka ditolak di Ikonium (Kisah Para Rasul 14:2), dan mereka bahkan disiksa dan dilimpari dengan batu di Ikonium (Kisah Para Rasul 14:5). Dalam Kisah Para Rasul 13:50, disebutkan mengenai para wanita terkemuka yang “takut akan Allah”, yaitu para wanita kaya non-Yahudi yang telah menganut agama Yahudi. Para wanita terkemuka yang “takut akan Allah” ini gampang dihasut. “Takut akan Allah” di sini mengacu kepada ibadah secara lahiriah kepada Allah. Para wanita ini memang rajin beribadah secara lahiriah kepada Allah, tapi sebenarnya hati mereka belum sungguh-sungguh diubahkan oleh Roh Kudus. Orang-orang jahat sering memanfaatkan orang-orang yang taat beragama namun yang hatinya sesungguhnya belum diubahkan oleh Tuhan. Mengapa para wanita kaya yang dihasut? Sejak zaman dahulu, orang-orang kaya paling takut kehilangan pengakuan. Orang-orang kaya paling senang akan popularitas dan pengakuan, senang didengarkan, serta senang mempunyai pengikut (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 19:24-27).

Ada beberapa fitnah yang ditujukan kepada orang-orang Kristen pada masa itu: ①Kekristenan dituduh merusak agama Yahudi karena ajaran Kristen dituduh melanggar Taurat; ②Kekristenan dituduh merusak agama Romawi karena kekristenan menyembah Allah sejati, bukan dewa-dewa. Di tengah kesulitan yang muncul, Paulus dan Barnabas tetap setia memberitakan Injil: ❶Mereka pergi ke Ikonium (Kisah Para Rasul 13:51), walaupun berjarak kira-kira 72 km dari Pisidia. Paulus menyadari bahwa dia menjadi rasul karena kehendak Allah sehingga Paulus tidak pernah mundur sekalipun dari pelayanannya untuk memberitakan Injil (1 Korintus 1:1, 2 Korintus 1:1, Kolose 1:1). Paulus mempunyai iman yang teguh (2 Timotius 3:12b). Paulus merasa bertanggung jawab kepada Tuhan (Roma 1:14). Paulus merasa berhutang kepada mereka yang belum pernah mendengarkan berita Injil; ❷Mereka masuk ke rumah ibadat Yahudi lalu mengajar (Kisah Para Rasul 14:1). Paulus dan Barnabas tidak pernah mundur dari tugas penginjilan. Mereka tidak pernah mengasihani diri sendiri; ❸Mereka mengajar dengan berani karena percaya kepada Tuhan (Kisah Para Rasul 14:3). Paulus dan Barnabas rela dipakai oleh Tuhan; ❹Mereka terus setia memberitakan Injil bahkan sampai ke Listra (Kisah Para Rasul 14:6-7).

Bagaimana dengan kita? Kita harus belajar seperti Paulus dan Barnabas. Apabila orang-orang berdosa seperti kita memang telah sungguh-sungguh merasakan kasih Kristus, maka kita akan merasa bertanggung jawab kepada Allah untuk memberitakan Injil dan akan merasa berhutang kepada mereka yang belum pernah mendengar berita Injil. Mari kita kobarkan semangat melayani dengan penuh kasih untuk memberitakan Injil kepada siapa saja yang ada di sekitar kita yang belum percaya kepada Kristus. Ketika kita mengerjakannya dengan hati yang tulus murni untuk Allah, maka percayalah bahwa Allah akan menyertai apa yang kita kerjakan dan kita pun akan menjadi berkat bagi banyak orang.