Perikop ini dilatarbelakangi pasal 19 bagian akhir. Petrus mengatakan mereka telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus, jadi apakah yang akan mereka peroleh? Kita mungkin mengatakan kita sudah melakukan sesuatu untuk mengikut Tuhan. Dalam hati kita bertanya apa yang akan kita dapatkan. Tuhan tidak pernah lupa akan perjanjian-Nya yang diberikannya kepada orang yang percaya kepadaNya. Ada 2 persoalan yang terjadi sebelum Yesus memberikan perumpamaan, yaitu mengenai upah, dan yang kedua adalah mengenai perebutan posisi, siapa yang akan jadi pemimpin. Hal ini terjadi karena : 1. Petrus sebagaimana orang Yahudi pada umumnya, belum paham tujuan pekerjaan Tuhan Yesus, dan menganggap orang bukan Yahudi tidak bisa menerima keselamatan. 2. Petrus sangat lemah dalam hal iman dan pengetahuan. Mereka merasa sudah banyak melakukan segala sesuatu untuk mendukung pekerjaan Yesus, sehingga mereka ingin lebih diutamakan. Kita juga sering berpikir demikian. Tetapi masalah upah, Tuhan akan menyatakannya sesuai dengan waktu dan kehendak-Nya.
Ayat 1 menggambarkan karya Allah yang sangat besar dan agung. Walaupun ini tentang hal yang penting dan besar, tetapi Yesus membuat perumpamaan memakai peran tuan rumah untuk mengajarkan hal yang besar ini, karena pengalaman hidup dengan Tuhan sangat erat dengan apa yang kita alami sehari-hari. Seorang tuan rumah, dia pemimpin yang bijaksana, dia peduli terhadap kebunnya. Dia pagi-pagi benar keluar, mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Tuan rumah yang dimaksud di sini adalah Allah sendiri. Dia berinisiatif mendahului siapapun. Menurut Alkitab, orang berdosa tidak ada yang mencari Tuhan.
Siapa yang dia cari? Pekerja-pekerja. Kita mengenal hamba, dulos, tapi mereka ini lebih rendah dari hamba, karena meski budak cukup rendah tapi ada tuannya yang mencukupi makannya. Sementara mereka ini adalah buruh harian. Tiap hari hidup dengan menganggur saja. Manusia tidak ada yang dapat merubah diri kecuali Tuhan berbaik hati. Akhirnya mereka bekerja. Ada 5 kelompok:1. Yang dipanggil pagi-pagi benar, upahnya adalah 1 dinar sehari. 2. Dipanggil jam 9, upahnya adalah apa yang pantas. 3. Dipanggil jam 12, upahnya sepantasnya. 4. Dipanggil jam 3, upahnya sepantasnya. 5. Dipanggil jam 5, tak ada perjanjian sedinar sehari atau sepantasnya. Jam demi jam yang berbeda ini, adalah waktu dari Allah yang berdaulat memanggil siapapun. Ada yang dipanggil waktu muda, tua, bahkan sebelum eksekusi.
Setelah jam 6 dipanggilah mereka untuk menerima upah. Tuan tersebut memanggil yang paling akhir. Dia mendapat 1 dinar. Berturut-turut, sampai yang dipanggil paling akhir. Dia juga dapat 1 dinar. Kira-kira apakah tuannya salah ? Di ayat 2 tuan sudah sepakat dengan mereka akan mendapat upah 1 dinar sehari. Jadi kalau dapat upah 1 dinar, salahkan tuan rumah itu? Ini adalah teguran Yesus kepada orang Yahudi. Mereka yang pertama dipanggil, tetapi mereka bukan yang pertama yang dipanggil untuk mendapat upah. Pada waktu pembagian upah ini mereka mulai menggerutu, tetapi jawaban dari tuan itu ada di ayat 13: mereka sudah sepakat sebelumnya. Tak ada alasan untuk marah. Justru mereka mestinya bersyukur, dan juga karena teman-temannya juga dapat bekerja. Tapi inilah manusia, tidak puas, dan tidak memikirkan sesama. Mereka iri hati. Iri hati tidak marah kalau tidak mendapat banyak, tapi dia menghendaki orang lain mendapat lebih sedikit. Kita semua berharga di mata Allah. Karena itulah jangan sampai kita mengklaim hanya saya yang lebih baik, hanya saya yang patut untuk dipuji.
Salah satu motto reformator, Sola Gracia, artinya hanya karena anugerah Allah. Keselamatan bukan sesuatu yang dapat dikejar manusia dengan pekerjaan baik. Manusia tidak bisa menyogok Tuhan. Allah saja yang berbelas kasihan. Kita sudah diselamatkan oleh anugerah Tuhan saja. Mari kita berpikir menggunakan hidup kita menjadi alat untuk memuliakan Tuhan. Pekerjaan apapun yang kita lakukan bisa untuk melayani Tuhan. Biarlah hari ini kita diingatkan, tak ada alasan kita berbangga diri. Mari kita hidup bagi-Nya dalam segala hal yang kita mampu.