Ringkasan Khotbah

Pemahaman mengenai gereja bisa dibagi menjadi gereja sebagai satu organisme, yaitu persekutuan orang percaya, yang disatukan dalam ikatan Roh, dan gereja sebagai satu institusi, yaitu suatu alat keselamatan, tempat pernyataan pertobatan dari orang berdosa dan penyempurnaan orang-orang kudus (Louis Berkhof). Gereja adalah tubuh Kristus, umat Tuhan yang dipilih dan ditebus dan dikuduskan untuk melakukan tugas Kristus sebagai saksi-Nya di dunia. Maka dari pemahaman ini gereja memiliki tanggung jawab besar baik terhadap Tuhan maupun bagi dunia ini untuk mewujudkan Manusia Allah.

Penjelasan mengenai Manusia Allah: Manusia Allah tersirat dalam Perjanjian Lama. Manusia diciptakan menurut “gambar rupa” Allah (Kej. 1:26,27) yang salah satu aspeknya adalah kuasa yang diberikan untuk menaklukkan seluruh ciptaan. Penciptaan laki-laki dan perempuan menunjukkan manusia adalah mahkluk sosial, atau berelasi, menggambarkan Allah yang berada dalam persekutuan antara Bapa, Anak dan Roh Kudus. Manusia menyerupai Allah dalam keberadaan yang berpribadi dan bertanggung jawab, bisa diajak bicara oleh Allah dan bertanggung jawab kepada Allah sebagai Pencipta dan Penguasa atas manusia. Manusia Allah dinyatakan melalui pribadi-pribadi yang memiliki hubungan erat dengan Allah, seperti Henokh, Nuh, Abraham, Musa, Yosua, Elia, dan para nabi, juga raja-raja seperti Daud, terlihat dari kesetiaan dan ketaatan mereka dalam menjalankan perintah Tuhan, menantikan jawaban Tuhan, dan memiliki hubungan intim dengan Allah, sehingga Allah memakai mereka sebagai alat Tuhan.

Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus merupakan penyempurnaan dari gambar rupa Allah yang sudah rusak karena dosa, sehingga Yesus menjadi teladan bagaimana manusia harus hidup. Manusia Allah juga ditunjukkan dalam diri murid yang setia mengikut Yesus dan tentunya menjadi pekabar Injil pada masa itu.

Pada teks ini Manusia Allah yang dimaksud Paulus adalah Timotius yang disebut hamba Kristus atau dalam 2Tim. 3:17 disebut orang yang diperlengkapi baik dengan Firman Allah maupun dengan setiap tantangan hidup. Manusia Allah adalah hamba Allah, hamba Kristus Yesus, yang dididik dan dibesarkan dengan Firman Allah dan telah teruji dalam setiap ujian Tuhan dalam berbagai pergumulan dan sampai pada penganiayaan (band. 2Tim. 3:10-15).

Paulus mengingatkan Timotius bahwa tanggung jawabnya disamping memperhatikan dan merawat kerohanian jemaat adalah juga menjaga dan merawat dirinya sendiri (1Tim. 4:16), harus mewaspadai ajarannya. Timotius kontras dengan pengajar-pengajar palsu masa itu. Para guru palsu adalah orang-orang dunia, tetapi Timotius adalah hamba Allah atau lebih tepatnya abdi Allah.

Bagaimana Tanggung jawab Gereja mewujudkan Manusia Allah: Peringatan Paulus kepada Timotius sebagai abdi Allah, pertama “jauhilah semuanya itu” artinya melarikan diri, peringatan untuk memisahkan diri dari dosa-dosa guru-guru palsu (1Tim. 6:3-10). Kedua yaitu “kejarlah keadilan arti sesungguhnya kebenaran, yaitu takut akan Allah yang diwujudkan dalam ibadah yang mengarah pada kekudusan dan kesalehan, dengan berdampak pada sikap hidup; kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelemahlembutan. Dalam menghadapi para pengajar palsu di Efesus, tolak ukur yang pertama adalah kebenaran, sehingga aspek ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelemahlembutan akan terarah sesuai kebenaran Allah. Ketiga “bertandinglah dalam iman yang benar”; kata ini berlaku untuk atlet dalam pertandingan atau tentara yang akan berperang. Artinya perlu mempertahankan iman yang benar terhadap serangan ajaran sesat (1Tim. 1:18), dan menghindari hal-hal yang tidak menghormati kekudusan, dan pengetahuan yang bertentangan dengan iman (1Tim. 6:20). Keempat “Rebutlah hidup yang kekal”. Hidup kekal sudah diberikan melalui pertobatan Timotius, tetapi maksud dari bagian ini adalah bagaimana respon Timotius terhadap visi kekekalan itu sendiri, tidak hanya menerima tapi meresponi akan visi kekekalan dalam hidupnya.

Mengapa harus memperjuangkan Iman? Pada kelanjutan ayat 12, Paulus mengingatkan Timotius bahwa dia dipanggil oleh Allah bukan Paulus, untuk pekerjaanNya di Efesus. Panggilan itu diberikan waktu mengikrarkan pengakuan imannya kepada Kristus didepan para saksi atau jemaat pada saat itu, di hadapan Allah sebagai pribadi pemberi hidup, dan ikrar di hadapan Kristus sebagai saksiNya. Ikrar yang dimaksud Paulus disini adalah kebenaran tentang Kristus. Paulus lebih mengutamakan kebenaran Kristus, sehingga ia menyampaikan hal yang berkenan dihadapan Allah yaitu supaya setiap orang diselamatkan dan memperoleh kebenaran (1Tim. 2:3-4). Pada bagian yang lain Paulus menekankan supaya Timotius tetap berpegang pada kebenaran yang sudah dia terima yang memberi hikmat dan menuntun pada keselamatan yaitu iman kepada Yesus Kristus (2Tim. 3:14,15).

Apa yang dilakukan sekarang: Paulus meninggalkan Timotius di Efesus untuk mengajarkan kebenaran. Ayat 11-13 Paulus menguraikan bagaimana seharusnya orang yang dipanggil Allah, yaitu menjaga, bertindak dengan tidak bercacat dan tidak bercela, sampai Tuhan Yesus menyatakan diriNya dalam kedatangan Yesus kedua kalinya. Kita tidak tahu kedatangan Yesus, harapan Paulus supaya Timotius tetap dalam kekencangan rohani mempertahankan maupun menyaksikan imannya seturut kebenaran tanpa bercacat cela, maka semuanya akan diperhitungkan ketika Yesus datang kembali.