Ringkasan Khotbah

Apakah Amerika, Indonesia atau negara apapun bisa ditunjukkan sebagai kerajaan Allah? Kerajaan-kerajaan atau sistem pemerintahan negara-negara di dunia, yang hadir dalam bentuk fisik, mengalami perubahan terus-menerus. Misalnya di Indonesia, sistem pemerintahan sempat berubah beberapa kali: orde lama, orde baru, orde pasca-reformasi, dan sebagainya. Secara spiritual, ada dua kerajaan yang saling bertentangan: kerajaan Allah dan kerajaan setan.

Kerajaan Allah adalah kerajaan yang kekal, tidak berubah selama-lamanya. Dalam Perjanjian Lama, kerajaan Allah sudah dinyatakan kepada bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru, ketika Yesus datang ke dunia, Yesus menyatakan kerajaan Allah, secara khusus bagi murid-murid-Nya. Para murid sempat berharap bahwa Yesus datang melepaskan Israel dari penjajahan kerajaan Romawi sehingga mereka dapat membangun kembali kerajaan Israel. Mereka berharap kerajaan Allah secara fisik. Tetapi, Yesus malah disalibkan dan harapan mereka untuk membangun kembali kerajaan Israel pupus.

Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel membangun tempat ibadah. Apakah tempat ibadah ini dapat disebut kerajaan Allah? Tempat ibadah itu pun hancur juga. Manusia bisa saja membangun dinastinya sendiri, tapi tidak ada nilai-nilai kerajaan Allah di dalamnya. Lalu, siapakah yang tahu dimana kerajaan Allah? Apakah ada sistem navigasi yang bisa mengantarkan seseorang kepada kerajaan Allah? Seandainya kita ingin pergi ke istana kaisar Jepang, kita bisa menggunakan sistem navigasi.

Siapakah yang dapat menunjukkan kerajaan Allah kepada kita? Yesus satu-satunya Pribadi yang bisa menunjukkan jalan menuju kerajaan Allah kepada manusia. Namun, kerajaan yang Yesus tunjukkan bukanlah kerajaan secara fisik. Di depan Pilatus, Yesus menekankan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia.

Di tengah semua situasi yang begitu sulit di zaman sekarang ini, bagaimana kita mampu mendatangkan kerajaan Allah di tengah-tengah dunia? Itulah mengapa kita berdoa seperti yang tertulis dalam Matius 6:10: ”Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu”. Kita mengharapkan agar kerajaan Allah dinyatakan dan segala sesuatu dalam setiap sendi kehidupan manusia tunduk dalam kehendak Allah.

Menyedihkan bahwa banyak fenomena sekarang di tengah orang Kristen, dimana mereka berdoa dan menganggap bahwa mereka adalah anak kerajaan Allah sehingga mereka berdoa agar kehendaknya yang terjadi, bukannya kehendak Allah. Mungkin ada juga orang yang bertanya, kalau Tuhan berkuasa, mengapa politik dan ekonomi kacau, kenapa ada orang-orang jahat di dunia? Orang-orang Kristen bahkan sudah berdoa agar politik dan ekonomi pulih, namun tetap saja belum pulih. Tuhan dalam kedaulatan-Nya masih mengizinkan hal-hal tersebut ada di dunia.

Apa arti kehendak Allah terjadi di bumi seperti di sorga? Ketika kita berdoa, ada kecenderungan bahwa kita memohon agar Tuhan menyatakan kehendak-Nya di bumi saja. Kita sering melupakan kerajaan Allah, kerajaan sorga. Ketika kita berdoa “seperti di sorga”, sebenarnya kita sedang dihubungkan dengan sebuah kekekalan, dengan kerajaan-Nya yang kekal dan tidak tergoncangkan. Karena kita telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kehidupan kita mempunyai arti. Kita yang telah menerima Yesus, tidak hanya hidup sementara di muka bumi ini, namun ada kehidupan dalam kekekalan bersama-sama dengan Allah.

Dunia tidak bisa melihat visi dan misi dari Allah, tetapi orang Kristen yang sudah menjadi anggota kerajaan Allah mampu mengenal visi, misi, kehendak Allah untuk dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita sudah mengerti bahwa kita adalah anggota kerajaan Allah, kita juga menghubungkan keseharian kita dengan peraturan-peraturan kerajaan Allah. Kita mengutamakan kepentingan kerajaan Allah dalam setiap apapun yang kita kerjakan (Matius 6:33). Ingat bahwa bukan mereka yang kelihatan baik-baik, bukan mereka yang kelihatan rohani, yang akan masuk kerajaan sorga, tapi mereka yang melakukan kehendak Allah.