Pengkhotbah

Perikop
Ibrani 11:28-31

Ringkasan Khotbah

Beberapa waktu terakhir kita sudah mempelajari teladan iman dalam Ibrani pasal 11 yang diberikan oleh beberapa anak-anak Tuhan, mulai dari Habel hingga Musa. Hari ini kita meneruskan renungan dan pembelajaran mengenai apa yang telah dikerjakan Musa dalam mewujudnyatakan imannya. Ibrani 11:28 mencatat bahwa karena iman Musa mengadakan Paskah dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh bangsa Israel. Paskah menurut kata aslinya berarti “lewat” (Inggris: Passover), yaitu “lewat dari pembinasaan atau pemusnahan”. Ketika bangsa Israel diperbudak di Mesir menjelang keluar dari Mesir, Tuhan Allah membunuh semua anak sulung orang Mesir termasuk anak sulung ternak, tetapi rumah-rumah orang Israel yang diberi tanda darah pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas akan dilewati dan tidak mengalami pembinasaan (bandingkan dengan Keluaran 12). Apakah pada zaman sekarang orang-orang Kristen masih perlu menaruh tanda darah seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel supaya lepas dari kebinasaan? Tidak, kita tidak memegang lagi kepercayaan seperti itu. Tuhan Yesus Kristus telah mencurahkan darahNya untuk menebus kita orang-orang berdosa (bandingkan dengan 1 Petrus 1:18-19).

Musa juga memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir melalui Laut Merah. Pada saat Firaun akhirnya mengizinkan bangsa Israel keluar dari Mesir setelah Allah membunuh anak-anak sulung orang Mesir, Firaun menyesal dan mengutus para tentaranya untuk mengejar bangsa Israel. Allah sengaja membawa bangsa Israel berkemah di depan Laut Merah untuk menunjukkan kuasa dan kemuliaanNya. Bangsa Israel berada dalam tekanan, kekhawatiran, dan ketakutan besar karena di depan mereka ada Laut Merah dan di belakang mereka ada tentara Mesir yang mengejar mereka. Tapi dalam masa krisis tersebut, Musa berkata kepada bangsa Israel: “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (Keluaran 14:14). Musa menenangkan bangsa Israel dengan berkata kepada mereka untuk tetap percaya kepada Allah. Ketika Musa memukulkan tongkatnya ke air Laut Merah, angin dahsyat datang dan mengangkat air laut sehingga ada jalan yang kering di laut dan air laut bagaikan tembok di kanan kiri, sehingga orang Israel bisa menyeberang melalui Laut Merah. Tuhan menyatakan kehadirannya melalui awan yang menaungi bangsa Israel. Awan tersebut berjalan mendahului bangsa Israel ketika mereka menyeberang dan ketika pada tentara Mesir menyusul, awan itu bergerak ke belakang. Ketika seluruh bangsa Israel berhasil menyeberang, air laut menelan para tentara Mesir.

Setelah keluar dari Mesir dan menuju Tanah Perjanjian, bangsa Israel harus berperang menghadapi bangsa-bangsa asing yang tidak mengenal Tuhan, termasuk mengalahkan para penduduk Kota Yerikho yang mempunyai benteng atau tembok yang kokoh. Para tentara Yerikho siap sedia menembakkan senjata dari tembok-tembok tersebut. Bangsa Israel diperintahkan oleh Tuhan untuk berjalan mengelilingi Tembok Yerikho selama 7 hari. Di sinilah iman berperan. Mengapa bangsa Israel mau mengelilingi Tembok Yerikho selama 7 hari? Jawabannya karena mereka mempunyai iman yang memimpin mereka kepada ketaatan kepada perintah Tuhan. Terkadang dalam kehidupan kita sebagai orang-orang percaya, doa-doa kita seperti tidak dijawab oleh Tuhan. Dalam masa-masa seperti inilah kita diajari untuk bertekun, tetap beriman kepada Tuhan Allah (bandingkan dengan Ibrani 10:36). Di Kota Yerikho, ada tinggal seorang wanita sundal bernama Rahab. Wanita ini mempunyai iman yang dipuji oleh Tuhan. Setelah Rahab mendengar apa yang Allah kerjakan bagi bangsa Israel dengan menenggelamkan para tentara Mesir, benih iman kepada Allah yang disembah oleh bangsa Israel timbul dalam hati Rahab. Ketika para pengintai dari bangsa Israel datang mengintai Yerikho, Rahab menyambut mereka. Di sinilah kita melihat bagaimana Tuhan memberikan anugerah tanpa memandang latar belakang seseorang, tapi semuanya berdasarkan kepada anugerah dan kedaulatanNya. Kiranya melalui iman kita, walaupun sekecil apapun, Tuhan boleh memakai kita menjadi saksiNya, memberikan pengaruh yang membangun kepada orang-orang di sekitar kita.