Pengkhotbah

Perikop
Ibrani 10:22-25

Ringkasan Khotbah

Selamat Tahun Baru dan selamat beribadah di Ibadah minggu pertama di tahun 2018 ini. Betapa Tuhan senang umatnya mengutamakan Tuhan, maka marilah kita di tahun ini juga memulai hari minggu pertama dengan ibadah kita disini, betapa Tuhan senang kepada kita yang boleh bersyukur kepada Tuhan. Tema Gereja GIII tahun ini mengambil tema dari teks yang kita baca hari ini yaitu Ibrani 10:22-25, dari keempat ayat ini ada satu kata yang terus diulang dalam setiap kalimat yaitu, (ay. 22) “marilah kita menghadap Allah.…”; (ay. 23) “marilah kita teguh berpegang pada pengakuan…”; (ay. 24) “marilah kita saling memperhatikan…”; (ay. 25) “marilah kita saling menasihati…”. Dari 4 ayat sebagai teks tema tahun 2018 ini ada 4 kali dikatakan marilah kita, kata ‘marilah kita’ adalah ajakan atau anjuran. Seperti biasa kita sering memakai kata ini khususnya pada moment tahun baru, sebagai contoh: Bapak kepada anggota keluarganya, marilan kita terus maju; anak berkata kepada Bapaknya marilah saya bertambah uang sakunya; Suami-istri mengatakan, marilah kita lebih hemat supaya tabungan bertambah; Para Pendeta suka mengajar jemaat, marilah kita membaca Firman Tuhan setiap hari; dan mungkin kepada diri kita sendiri juga, mari tahun ini lebih mengasihi keluarga.

Bagaimana cara Tuhan mengajar dan menganjurkan kita? Ada 3 pokok garis besar antara lain:  Anjuran Tuhan kepada kita yaitu ay. 22, “Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” Disini disebut, marilah kita menghadap Allah, istilah menghadap dalam terjemahan lama artinya menghampiri Allah, dalam Bahasa Indonesia sehari-hari yaitu mendekati Allah. Hal menghampiri/mendekati Allah adalah satu tema sangat besar dan memiliki arti penting bagi bangsa Israel, orang Ibrani. Surat Ibrani ini ditulis tertuju kepada orang Kristen berasal dari Ibrani, maka bagi orang Kristen yang berasal dari Ibrani (orang Yahudi), peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan sangatlah penting untuk mendekat kepada Allah, menurut ay. 19-21, ada alasan/pegangannya untuk bisa mendekati Allah, supaya pembaca surat ini ingat, dulu bangsa Israel menghadap Tuhan melalui imam besar, melalui hukum taurat, melalui penebusan darah domba yang sempurna. Bagaimana kita bisa menghmpiri Allah, karena ay 19: “Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus.” Alasan pertama: darah Yesus, seperti waktu manusia mengadapi Allah/mendekati kehadiran Allah, iman besar membawa darah hewan. Alasan kedua: karena Ia telah membuka cara baru bagi yang hidup melalui tabir yaitu diriNya sendiri. Waktu iman besar masuk ke tempat maha suci, hanya satu cara yaitu melalui tabir, tapi sekarang pada masa Perjanjian Baru bukan lagi melalui tabir dari kain, tapi dengan Yesus kita boleh masuk dalam kehadirat Allah.

Pada waktu Tuhan Yesus disalibkan, satu hal yang sangat berarti terjadi yaitu tabir antara tempat maha suci dan suci terbelah, maka melalui Yesus saja ada jalan baru, jalan hidup masuk menghampiri Allah. Disini kita menemukan istilah jalan yang baru, bukan dengan darah domba dan hukum taurat, tetapi melalui Yesus, dikatakan dalam Yoh 14:6 “Akulah jalan, dan kebenaran, dan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Surat ibrani mengingatkan bahwa Yesus bukan saja jalan baru tapi jalan hidup itu sendiri.

Melalui jalan hidup ini kita tidak berjalan sendirian, tanpa Yesus kita akan tersesat dan tidak bisa sampai pada tujuan. Alasan ketiga: ay. 21 mengatakan, “dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah”. Yesuslah imam besar itu/kepala rumah Allah, yang bisa kita asosiasikan bahwa Yesus adalah kepala jemaat. Rumah Allah = jemaat, yaitu kita sendiri. Sebagai Imam memiliki tugas mendoakan, menebus dosa-dosa umatnya; maka ibrani 7:24-25 berkata “Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Pengantara dalam terjemahan lama yaitu pendoa syafaat. Yohanes menulis dalam 1 Yoh 2:1,  “supaya kamu tidak berdosa, tapi jika kamu berdosa ada pengantara, ada pendoa syafaat, ada pribadi Yesus.” Marilah kita menghadap, mendekati dan menghampiri Allah, karena 3 alasan di atas yaitu karena darah Yesus, karena jalan hidup, karena Yesus sebagai imam besar yang terus mendoakan kita, maka kita bisa menghampiri Allah.

Ada 4 cara untuk menghampiri Allah yaitu ❶ Ay. 22, dengan hati yang tulus ikhlas, tidak dengan pura-pura, bukan karena ajaran, bukan rutinitas, tapi dengan hati tulus ikhlas, sungguh-sungguh, dengan keyakinan iman yang teguh. Tema iman tercantum dalam Ibrani 11, pada tahun 2016 tema Gereja GIII adalah hidup beriman. Jika kita baca Ibrani 11:1, ada definisi iman yaitu “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.“ Selanjutnya dengan hati nurani yang telah dibersihkan dari hal-hal yang jahat, kita juga bisa menghampiri Allah. Hati nurani bagaikan jarum yang ditanam dalam hidup manusia, dan bisa tidak tajam lagi. Bagi penduduk asli di USA yaitu orang Indian, hati nurani adalah seperti pisau yang ditanam dalam hati manusia, lama kelamaan tidak akan tajam lagi. Waktu anak-anak terasa sakit karena masih tajam, waktu pemuda sedikit sakit, waktu dewasa sudah tidak sakit lagi karena sudah tumpul. Ini pengalaman orang Indian dan juga bagi kita semua.

Hati nurani yang tidak tajam lagi tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi dibersihkan melalu darah Yesus. Kita berani mendekati Allah dengan hati nurani yang dibersihkan oleh darah Kristus. Dan selanjutnya kita bisa mendekati Allah dengan tubuh kita yang dibasuh dengan air yang murni. Disini seluruh tubuh kita yaitu telinga, mulut, mata, kaki disucikan dari segala perbuatan salah dan dosa. ❷ Ay. 23, Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia”, istilah teguh berpegang dalam terjemahan sehari-hari mengandung arti tidak menaruh bimbang/tidak bimbang/tidak ragu-ragu. Mengapa dikatakan demikian? Melihat latar belajar situasi pembaca Kitab Ibrani, mereka menghadapi penganiaan besar tahun 70-an saat kaisar Nero menghancurkan dan membakar Yerusalem. Tentara Roma datang menghancurkan tembok-temboknya. Surat Ibrani ditujukan kepada orang Kristen keturununan Yahudi yang dianiaya sebelum tahun 70-an. Jadi ada banyak orang-orang dengan latar belakang telah percaya Kristus, mengalami penganiayaan, ada kesulitan yang bertambah dan penuh kebimbangan. Kenapa orang yang percaya Kristus bisa diselamatkan, dijanjikan kerajaan Allah. Maka dengan latar belakang demikian penulis kitab Ibrani mengatakan “teguhkanlah pengharapan kita”. Pengharapan diartikan hal masuk kerajaan Allah. Dikatakan dalam bagian terakir Imamat 26:3-4, “Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberi kamu hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohonan di ladangmu akan memberi buahnya.” Dulu banyak pekerja pertanian, hasil masa depan mereka sudah Tuhan janjikan dan ay. 6 “Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apapun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan melintas di negerimu.” Tuhan janjikan ada masa depan, damai sejahtera, walau ada binatang buas dan menakutkan tetapi Tuhan janjikan damai sejahtera. Ay 8, “Lima orang dari antaramu akan mengejar seratus, dan seratus orang dari antaramu akan mengejar selaksa dan semua musuhmu akan tewas di hadapanmu oleh pedang.” Artinya Tuhan berjanji memberikan kekuatan melawan musuh, aplikasinya pada kita, kita yang menghadapi musuh yaitu Iblis yang mau menghancurkan dan mengecewakan kita. Di dunia banyak tantangan-tantangan, Tuhan janjikan akan berikan kekuatan. Di tahun baru ini apakah masa depan kita baik, mungkin ada beban dalam pendidikan dan pekerjaan, Tuhan berjanji memberikan kekuatan extra.

Perlu damai sejahtera dan perlu kekuatan utnuk melintasi ujian, dalam ay. 12 dikatakan “Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku.“ Bangsa Israel tahu janji Tuhan baik untuk masa depan mereka, kekuatan dan kemampuan dari Tuhan dengan jelas dijanjikan pada bagian terkahir ketetapan-ketetapannya. Maka disini penulis surat Ibrani mengingatkan, marilah kita melihat dengan teguh tentang pengharapan dan mengakuinya. Ay 23 pada bagian terakhir dikatakan “yang menjadikannya setia”, kesetiaan dan keteguhan kita terbatas, tetapi kita berdasar kepada kesetiaan dari yang menjanjikannya yaitu Tuhan sendiri. Seperti contoh seorang anak yang memegang kuat-kuat tangan ayahnya, saat akan jatuh karena batu kecil maka ayahnya dengan sigap memegang kuat tangan anaknya sehingga tidak sampai terjatuh. Dalam Roma 5:5, “Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Oleh kebangkitan Kristus kita ditebus, dibenarkan, maka kita memandang kemuliaan Allah. Maka tetap berpeganglah pada pengharapan yang tidak mengecewakan karena kasih Allah yang telah dicurahkan. Jika kita mengalami situasi seperti mau lepas dari tangan Tuhan, dan kita mau kembali menghampiri Allah yang adalah kasih, baru kita sadar akan kasih Allah yang sebenarnya. Kadang Tuhan menjawab dan tidak menjawab doa kita, tetapi Tuhan tetap mengasihi kita. Kasih Tuhan seperti siraman air. Kita perlu datang kebawah siraman air tersebut untuk merasakannya. Janji Allah tidak mengecewakan, dalam hal apapun kita dapat mendekati dan merasakan kasih Allah yang dicurahkan bagi kita, Filipi 2:15-16 berkata “kita tinggal dalam kegelapan, tapi dengan Firman yang hidup kita keluar dari kegelapan”. ❸ Ay. 24: marilah kita saling memperhatikan, agar kita saling mendorong dalam pekerjaan baik.” Istilah memperhatikan dalam kata Grika memiliki arti luas dan penting, yaitu tahu/dengar, melihat, memikirkan, merenungkannya. Bagi orang Kristen betapa pentingnya persekutuan, bukan hanya setiap 1 minggu sekali bersalam-salaman seusai Ibadah, tapi kita perlu memperhatikan, mengenal, melayani. Bagaimana kita bisa membantu mereka, yaitu dalam berdoa. Kehidupan orang Kristen disebut persekutuan/koinonia yaitu sama-sama memiliki dan melaksanakan kasih dan pekerjaan baik. Bagi orang Kristen, ini adalah suatu hak istimewa bahwa kita bisa memperhatikan, mengetahui pergumulannya, memikirkannya, merenungkannya. Di Gereja kita ada petugas Welcome Team yang memperhatikan orang-orang baru di Gereja. Marilah kita saling memperhatikan orang lain, melaksanakan kasih dan pekerjaan baik. Perbuatan baik itu memang tidak gampang, dalam Amsal 3:27-28 dikatakan “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu.” Sejak jaman Amsal Solaiman sudah diajak dan diajarkan, apa yang bisa dilakukan sekarang lakukanlah. ❹ Ay. 25, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Di sini satu contoh kasih dan pekerjaan baik adalah mengajak, menasihati, mendorong orang-orang, teman-teman yang sudah menjauhkan diri dari Tuhan. Mungkin ada teman-teman yang dulu rajin tetapi sekarang menjauhkan Tuhan, mungkin ada yang kecewa, mundur menjauhkan diri karena batu sandungan, kecewa dengan Pendeta, kecewa dengan Majelis, kecewa dengan orang Kristen lain.

Di Gereja Jepang alasan orang banyak mundur adalah karena jemaat, karena mereka sangat mementingkan hubungan pribadi satu dengan yang lain, keburukannya adalah mudah sakit hati sesama Jemaat. Ibrani 3:12-13 mengatakan, “Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.” Mungkin kita lihat teman-teman dan keluarga kita sudah jauh dari Tuhan, sudah jarang persekutuan, undur dari Tuhan karena berbagai alasan, tapi Firman Tuhan mengajarkan marilah kita saling menasihati, saling mendoakan, giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Orang Kristen tahu akan hari Tuhan, mengerti apa yang terjadi pada hari kedatangan Tuhan ke-2 kali, orang Kristen tidak hanya tahu dan mengerti tapi juga melakukannya karena ada tujuan yang jelas. Maka bersemangatlah dan giat melakukan kasih dan pekerjaan baik dengan memandang hari Tuhan yang akan datang. Kita akan diajar oleh Firman Tuhan selama 1 tahun melalui tema tahunan ini, marilah kita menghampiri Allah dalam situasi apapun, marilah kita teguh berpegang kepada pengharapan. Marilah kita saling memperhatikan dan saling menasehati supaya kita makin setia, makin giat melakukan kasih  dan pekerjaan yang baik.