Pengkhotbah

Perikop
Lukas 22:24-38

Ringkasan Khotbah

Dalam perjamuan terakhir, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa Ia harus pergi karena itu adalah hal yang sudah ditetapkan, tetapi celakalah orang yang menyerahkan Yesus (ay. 22). Melalui perkataan Yesus ini muncullah dua perdebatan di antara para murid: *)siapa yang akan menyerahkan Yesus (ay. 23), **)siapa yg akan menjadi terbesar di antara mereka setelah Yesus pergi (ay. 24) Terhadap hal itu, Yesus justru berkata bahwa Ia akan terhitung di antara pemberontak (ay. 37, bdgkan Yes 53:9,12, Mrk 15:28). Yesus sudah tahu Ia akan mendapat perlakuan tidak adil dari orang berdosa dan nasibNya begitu mengerikan. Yesus disalibkan di antara 2 penjahat, suatu upaya orang-orang Yahudi untuk mempermalukan Yesus sebesar-besarnya. Tapi Yesus tidak takut dan terus menjalankan penderitaanNya. Suatu sikap yang bertolak belakang dengan hati para murid yang penuh ambisi dan penasaran mencari siapa yang akan menyerahkan Yesus untuk dijatuhkan.

Meski Yesus adalah Allah sejati, Ia mengosongkan diri menjadi hamba, mengalami penolakan dan menderita sejak lahir bahkan menyerahkan nyawaNya. Tetapi salib dan kematian, penderitaan yang paling besar itu adalah kemuliaan besar. Seandainya yang disalibkan di kiri kanan adalah 2 muridNya yang paling setia, maka penderitaan Yesus akan berkurang dan kemuliaanNya pun berkurang. Karena itulah justru sementara murid-murid pergi meninggalkan Yesus, yang ditaruh di kiri dan kanan adalah orang-orang yang paling berdosa. Peristiwa salib menjadi teladan bagi kita untuk menyerahkan diri secara total, taat sampai akhir kepada Tuhan, dan agar jangan takut terhadap dunia ini kalau kita hidup dalam kebenaran.

Terhadap murid-muridNya Yesus memberikan pesan untuk menguatkan karena sebentar lagi mereka akan tercerai berai (ay. 28). ① Murid-murid akan mendapatkan hak-hak kerajaan (ay.29). Yesus akan masuk dalam penderitaan tapi hak-hak kerajaan sudah disiapkan bagiNya. Begitu juga Yesus menyiapkan murid-murid untuk masuk penderitaan. Ini berarti suatu hak kehidupan rohani, dimana bila kita setia melayani Tuhan kita akan mendapatkan kekuatan rohani. Hidup yang berorientasi duniawi akan mendapatkan upah penghukuman, tetapi yang berorientasi kerajaan Allah akan mendapatkan hak-hak kerajaan Allah, dimana nama kita akan tercatat dalam kitab kehidupan dan kelak kita akan bersama-sama Yesus selamanya. Orang kristen tidak boleh takut menderita melakukan kehendak Tuhan. ②Murid-murid akan minum bersama Yesus (ay. 30). Orang yang mengikut Yesus akan mengalami penderitaan, tetapi jiwa akan sangat dipuaskan karena hadirat Tuhan. Ini adalah suatu penghiburan bagi kita. ③ Duduk di tahta untuk menghakimi (ay. 30). Beberapa ayat lain juga mengatakan kita akan menghakimi 12 suku Israel (Mat 19:28-29), menghakimi dunia (1 Kor 6:2), dan didudukkan di atas tahta Tuhan (Why 3:21). Kita akan duduk bersama-sama Allah menghakimi orang-orang yang belum percaya. Di dunia ini kita hidup seperti berkecil hati, ditolak, dikucilkan, tapi kelak akan mendapat otoritas bersama-sama Allah menghakimi.

Yesus sudah mengerjakan karya salibNya, lalu apa tanggung jawab kita. ① Melayani kebenaran (ay. 26)

Hidup kita harus berbeda dengan dunia. A) Yang terbesar haruslah yang paling muda. Orang-orang Yahudi sangat menghargai senioritas (1 Ptr 5:5). Seolah Yesus mengatakan prinsip yang terbalik. Prinsip yang lama ini sering dipakai orang Yahudi untuk membesarkan diri meski mereka salah. Meski sudah berumur tapi kalau tidak benar tidak harus dihormati, tapi meski masih muda kalau benar wajib dihormati. Paulus menasihati Timotius jangan menganggap diri rendah karena masih muda tapi hendaklah menjadi teladan. Meski masih muda tapi bila kita menjadi teladan maka akan dihormati. Intinya bagi kita adalah untuk menunjukkan prinsip-prinsip kebenaran, sehingga patut diteladani. B) Pemimpin sebagai pelayan. Tradisi jaman dulu, pemimpin harus dilayani. Yesus memberikan pengajaran yang terbalik yaitu pemimpin sebagai pelayan. Pelayan di sini maksudnya adalah seorang yang mengabdi (Yoh 13:4-5). Rendahkanlah hati bukan untuk dilayani tapi melayani. ② Tidak bersandar kepada kekuatan diri sendiri. Petrus berkata dia siap mati untuk Yesus, adalah berdasarkan kemauannya sendiri karena Petrus kenal siapa Yesus dan sudah melihat teladan Yesus. Tetapi Yesus sudah tahu Petrus selalu bersandar pada kekuatan diri sendiri. Pengabdian perlu untuk bersandar kepada kekuatan dan pemeliharaan Tuhan. Pengalaman jangan diandalkan sepenuhnya, perlu bergantung kepada Tuhan. Atas pengalaman kegagalannya itu Petrus menulis 1 Ptr 5:8-10. ③ Bersiap untuk pekerjaan rohani (ay. 36). Yesus pernah mengutus murid-murid untuk pergi mengabarkan Injil tanpa bawa perbekalan, dan mereka tidak kekurangan. Tetapi kali ini Yesus menyuruh membawa bekal, bahkan membeli pedang. Maksudnya bukan untuk berperang, melainkan artinya untuk mempersiapkan diri melakukan pekerjaan rohani.